Kamis, 26 Mei 2011

TEORI BEHAVIOR ALFRED ADLER


TEORI BEHAVIOR ALFRED ADLER

   A .  Biografi Alfred Adler
Alfred Adler lahir di Wina pada tahun 1870 dari keluarga kelas menengah, dan meninggal di Aberdeen, Skotlandia pada tahun 1937 pada waktu mengadakan perjalanan keliling untuk memberikan ceramah. Ia meraih gelar dokter pada tahun 1895 dari Universitas Wina. Mula-mula ia mengambil spesialisasi dibidang ophthamologi, kemudian setelah menjalani praktik dokter umum, ia menjadi seorang psikiater. Ia menjadi ketua Masyarakat Psikoanalisis Wina.
Pada tahun 1935 Adler menetap si Amerika Serikat, dia meneruskan prakteknya sebagai psikiater disana dan menjadi professor dalam psikologi medis di Long Island College of Madicine. Diantara buku dan artikelnya yang terkenal, adalah: The Practice and Theory of Individual Psychology (1927), Psychology of 1930 (1930), International Journal of Individual Psycholoy (1935).
Berbeda dendan pandangan pokok Freud bahwa tingkah laku manusia didorong oleh insting-insting sejak lahir dan dengan aksioma pokok (menekankan pada seks), Jung yang menyatakan bahwa tingkah laku manusia dikuasai oleh arkhetipe-arkhetipe yang dibawa sejak lahir (menekankan pola-pola pemikiran primordial), dan Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasikan oleh dorongan sosial (menekankan minat sosial).


B.  Teori Kepribadian Alfred Adler
Teori kepribadian Adler sangat ekonomis dalam arti dasar bahwa sedikit konsep dasar yang menopang seluruh struktur teoritisnya.
  1. Finalisme Fiktif
Psikologi individual secara mutlak mempertahankan finalisme sebagai suatu yang sangat penting untuk memahami semua gejala psikologis. Penyebab, kekuatan, insting, impuls, dan sebagainya tidak dapat berfungsi sebagi prinsip yang dapat memberikan penjelasan. Tujuan final sendiri dapat menjelaskan tingkah laku manusia. Pengalaman-pengalaman, trauma-trauma, mekanisme-mekanisme perkembangan seksual tidak dapat memberikan penjelasan, tetapi perspektif dengan mana semua ini dilihat, cara individu melihat ini yang mengarahkan seluruh kehidupan pada tujuan final (suatu fiksi/cita-cita yang tidak mungkin direalisasikan), 1930, hlm. 400.
  1. Perjuangan ke Arah Superioritas
Adler menegaskan bahwa superioritas bukan pengkotakan sosial, kepemimpinan, atau kedudukan yang tinggi dalam masyarakat. Tetapi adalah suatu yang mirip dengan konsep Jung tentang diri atau konsep aktualisasi diri dari Goldstein. Superioritas adalah dorongan kearah kesempurnaan dan bersifat bawaan.
  1.  Perasaan inferioritas dan Kompensasi
Bagi Adler tujuan hidup adalah kesempurnaan bukan kenikmatan. Perasaan-perasaan inferioritas bersumber dari rasa tidak lengkap atau tidak sempurna dalam semua bidang kehidupan. Ketika anak mencapai taraf perkembangan ini, ia mulai merasa inferior lagi sehingga ia berusaha untuk maju lagi. Akan tetapi dalam keadaan-keadaan normal inferioritas atau rasa tidak lengkap ini merupakan daya pendorong kuat bagimanusia. Dengan kata lain, manusia didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi inferioritasnya dan ditarik oleh hasrat untuk menjadi superior.


  1. Minat Kemasyarakatan
Menurut artinya yang terdalam, minat sosial berupa individu membantu masyarakat mencapai tujuan terciptanya masyarakat yang sempurna. Minat sosial merupakan kompensasi sejati dan yang tak dapat dielakkan bagi semua kelemahan alamiah manusia individual (Adler, 1929b, hlm.31). Adler yakin bahwa minat sosial bersifat bawaan, bahwa manusia adalah mahluk sosial menurut kodratnya, dan bukan karena kebiasaan belaka.
  1. Gaya Hidup
Gaya hidup terbentuk sangat dini pada masa kanak-kanak, pada usia 4 atau 5 tahun, dan sejak itu pengalaman-pengalaman diasimilasikan dan digunakan seturut gaya hidup yang unik ini. Sikap, perasaan, apersepsi terbentuk dan menjadi mekanik pada usia dini, dan sejak saat itu gaya hidup praktis tidak dapat berubah. Orang mungkin memperoleh cara-cara baru untuk mengungkapkan gaya hidupnya yang unik, tetapi cara-cara ini hanya merupakan contoh-contoh konkret dan khusus dari gaya hidup dasar sama yang terbentuk pada usia awal.
Tiga faktor yang menyebabkan anak tergelincir pada gaya hidu yang salah, yakni:
1.    Anak-anak yang memiliki inferioritas-inferioritas
2.    Anak-anak yang dimanjakan
3.    Anak-anak yang terlantar
  1. Diri Kreatif
Diri kreatif adalah ragi yang mengolah fakta-fakta dunia dan mentranformasikan fakta-fakta ini menjadi kepribadian yang bersifat subjektif, dinamik, menyatu, personal dan unik. Diri kreati memberikan arti pada kehidupan; ia memberikan tujuan maupun sarana untuk mencapainya. Diri kreatif adalah prinsip aktif kehidupan manusia, dan tidak berbeda dengan konsep jiwa yang lebih kuno itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar