Kamis, 21 Juli 2011

AGAMA DAN GANGGUAN JIWA (PSIKOLOGI AGAMA)


AGAMA DAN GANGGUAN JIWA MANUSIA
  1. Gangguan Jiwa Manusia
Banyak gangguan kejiwaan yang muncul pada kehidupan manusia diawali oleh rendahnya kecerdasan emosi karena tidak mampu mengendalikan dorongan emosionalnya, membebani jiwa dengan pikiran, perasaan dan perbuatan yang terus menerus mengganggu kesehatan jiwa dan raga. Walaupun demikian ada beberapa gangguan kejiwaan karena factor organis.
Gangguan jiwa juga  dapat diartikan sebagai adanya kondisi atau situasi kejiwaan yang negatif, menyebabkan perilaku, pikiran, dan perasaannya tidak sesuai dengan lingkungannya.
  1. Situasi Stres
Menurut Sutardjo A Wiramihardja,  kondisi kejiwaan itu bisa saja berupa situasi stres. Stres itu sangat bervariasi. Yang menimbulkan gangguan disebut distress, sedangkan yang menggembirakan disebut eustress, dan yang tidak menimbulkan apa-apa atau netral disebut neustress. Ada banyak sumber stres, frustrasi, konflik, pressure, perubahan, dan keterbukaan. Frustrasi adalah suatu momen di mana individu mengalami suatu situasi tidak dapat lepas dari keadaan terhambat mencapai apa yang diinginkannya. Konflik, juga suatu momen di mana individu tidak dapat memilih opsi yang mungkin. Pressure juga suatu momen saat seseorang merasa terpaksa melakukan sesuatu yang tidak ingin ia lakukan. Perubahan adalah pergantian situasi atau kondisi yang tidak dapat ia tolerir, baik karena terlalu besar maupun terlalu cepat. Keterbukaan adalah suatu momen ketika seseorang tidak dapat menentukan apa, tempat, atau saat sesuatu dinyatakan/diekspresikan/didemonstrasikan serta apa, kapan, dan di mana sesuatu seharusnya tidak dinyatakan/dianggap pribadi (privacy).
Diingatkan juga oleh Sutardjo A Wiramiharja bahwa  stres ringan tidak menimbulkan masalah dan pengaruh; yang bertaraf sedang bahkan dapat meningkatkan kualitas individu. Yang mendatangkan gangguan adalah stres yang berlebihan. Berat, ringan, atau sedang merupakan ukuran subjektif. Kemampuan yang dimiliki disebut stress tolerance. Jadi, seseorang yang mengalami stres adalah mereka yang toleransi terhadap stresnya lebih kecil daripada besarnya stres yang dirasakan/dihayati.
  1. Klasifikasi Gangguan Kejiwaan
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) menyusun klasifikasi gangguan kejiwaan  sebagai berikut:
    * Gangguan psikomatik (contoh: schizophrenia)
    * Gangguan cemas (contoh:panic attack, phobia)
    * Gangguan mood (contoh:bipolar mood, depression)
    * Gangguan amnestic (contoh: amnesia)
    * Gangguan dissosiatif (contoh: multiple personality)
    * Gangguan somatisasi (contoh : hipokondria, pain, conversion)
    * Gangguan tidur (contoh: insomnia, mimpi buruk)
    * Gangguan makan (contoh: obesitas, anorexia, nervosa, bulimia)
    * Gangguan seksual (contoh : premature ejaculation, dysparenia, vaginismus)
    * Gangguan impuls (contoh : kleptomania, pyromania)
    * Gangguan kepribadian (contoh: eksploitative, paranoia)
    * Gangguan ketergantungan zat (contoh : alcohol addict, heroin addict)
    * Gangguan factitious (contoh: munchausen)
    * Gangguan penyesuaian diri (contoh: adjustment disorder)

  1. Agama Dan Pengaruhnya Terhadap Mental
Kesehatan mental adalah ilmu yang meliputi tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan, serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan rohani. Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang dalam rohani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, dan tentram. Sedangkan permasalahan kesehatan mental meyangkut pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat dalam lapangan Psikologi, kedokteran, psikiater, biologi, sosiologi, dan agama.
Beberapa temuan dalam bidang kedokteran dijumpai sejumlah kasus yang membuktikan adanya hubungan antara agama dengan kesehatan mental manusia. Orang yang merasa takut langsung akan kehilangan nafsu makan, atau buang air. Atau dalam keadaan kesal dan jengkel, maka perut seseorang akan merasa kembung. Dalam kedokteran dikenal ada beberapa macam pengobatan antara laing dengan menggunakan bahan-bahan kimia, cairan suntik atau dengan meminum obat. Atau bisa juga dengan menggunakan sorot sinar laser, getaran arus listrik, dan lain sebagainya. Selain itu juga dikenal pengobatan tradisional dengan cara pijat, suntik jarum sampai keperdukunan.
Sejak berkembanganya ilmu kedokteran, banyak sekali pengobatan yang tidak menggunakan cara-cara seperti di atas, akan tetapi menggunakan metode baru yang dikenal dengan nama Hipotheria atau dikenal dengan nama psikoterapi, yaitu penyembuhan diri sendiri yang dilakukan tanpa menggunakan bantuan obat-obatan seperti biasanya. Sesuai dengan istilahnya, maka psikoterapi dan autotherapi digunakan untuk meyembuhkan pasien yang menderita penyakit gangguan jiwa (rohani). Dalam usaha penyembuhan semacam ini banyak kasus-kasus tertentu yang biasanya dihubungkan dengan kepercayaan pasien tersebut masing-masing.
Ketika saraf tubuh manusia terputus dengan dunia luar , maka mereka akan dapat berhubungan dengan dunia khayal atau dalam arti lain mereka akan berhalusinasi sehingga meraka tidak akan sadarkan diri untuk beberapa waktu. Rasa halusinasi ini terjadi ketika manusia merasa takut karena berdosa atau melakukan sesuatu yang membuat dirinya mengecil dari orang lain, penuhkeraguan ketika memutuskan sesuatu permasalahan, mereka akan terbawa jauh dari kenyataan hidup yang sebenarnya. Dan orang yang seperti ini tidak akan mengalami kemajuan sama sekali baik dari sisi keagamaan maupun dari sisi sosialnya. Jika seseorang berada dalam keadaan normal, seimbang, hormon dan kimiawinya, maka ia akan selalu berada dalam keadaan aman. Perubahan yang terjadi dalam kejiwaan ini disebut dnegan spektrum hidup.
Barangkali hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap peyerahan diri seseorang terhadap sesuatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikappasrah yang semacam ini diduga akan memberi sikap positif seperti rasa bahagia, rasa aman, senang, puas, sukses, merasa dicintai. Sikap yang demikian merupakan bagian dari kebutuhan mendasar manusia yang harus dipenuhi sebagai makhluk yang ber-Tuhan. Maka kondisi yang seperti ini akan membawa manusia dalam keadaan yang tenang dan normal sehingga manusia dapat melaksanakan aktivitas keseharian mereka dengan penuh rasa percaya diri dan merasakan ketenangan dalam diri mereka karena sebagian dari kebutuhan dasar mereka sudah terpenuhi. Ketika kebutuhan dasar mereka belum terpenuhi, maka manusia akan merasa cemas, khawatir, ragu-ragu dan tidak merasakan ketenagan dalam hidupnya sehingga ketika mereka beraktivitas mereka tidak akan maksimal dan hasil yang mereka peroleh pun tidak akan memuaskan.
Adapun makna hidup adalah segala hal yang mampu memberikan nilai khusus bagi seseorang yang bila dipenuhi akan mejadikan hidupnya berharga dan akhirnya akan menimbulkan penghayatan bahagian dalam dirinya.
  1. Terapi Keagamaan
Seseorang yang tidak merasa aman, tenang serta tentram dalam hatinya adalah orang yang sakit rohani atau mentalnya.4 Setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan mereka secara lancar. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani atau juga kebutuhan sosial. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka manusia akan menyesuaikan diri dengan kenyataan yang ada bahwa mereka harus berusaha lebih keras lagi untuk memenuhi kekurangan dari kebutuhan mereka, sehingga segala macam cara mereka lakukan guna terpenuhinya kebutuhan tersebut.


Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang dijumpai bahwa seseorang tidak mampu untuk menahan keinginan bagi seseorang yang ingin memenuhi kebutuhan dirinya atau ketika seseorang terhimput oleh persoalan ekonomi, maka dalam diri mereka akan terjadi adanya konflik dalam batin mereka yang memerlukan pengobatan atau penyelesaian dengan cepat. Ketika konflik yang dihadapinya tidak segera diselesaikan, maka batin akan merasa berat untuk menanggungnya sehingga akan bertambah paran permasalahan yang ditanggungnya. Pertentangan ini akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan rohani, yang dalam kesehatan mental dikenal dengan kekusutan rohani.
Usaha penanggulangan kekusutan rohani atau mental ini sebenarnya dapat dilakukan sejak dini oleh penderita. Dengan mencari cara yang tepat untuk menyesuaikan diri dengan memilih norma-norma moral, maka kekusutan mental akan terselesaikan. Norma-norma moral yang positif termasuk ajaran dari pada agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar