Perhatian dan Persepsi
A.
Perhatian
Perhatian
adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan
dalam pemusatannya kepada barang sesuatu, baik yang didalam maupun yang ada
diluar (Dakir, 1993 : 114 ). Dengan kata lain, perhatian adalah pemprosesan
secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang
tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan maupun proses
kognitif lainnya.
Groover
menyebutkan bahwa faktor yang memengaruhi persepsi dan ingatan adalah
perhatian. Perhatian merupakan aktivitas menjaga sesuatu tetap dalam pikiran
yang membutuhkan kerja mental dan konsentrasi. Terdapat 5 jenis perhatian,
yaitu:
- Perhatian selektif
(Selective Attention); Perhatian
selektif terdapat pada situasi dimana seseorang memantau beberapa sumber
informasi sekaligus. Penerima informasi harus memilih salah satu sumber
informasi yang paling penting dan mengabaikan yang lainnya. Faktor-faktor
yang memengaruhi perhatian selektif adalah harapan, stimulus, dan
nilai-nilai. Penerima informasi mengharapkan sebuah sumber tertentu
menyediakan informasi dan memberikan perhatian lebih pada sumber tersebut,
memilih stimulus yang paling memberikan efek atau terlihat dibanding yang
lain, dan memilih sumber informasi yang paling penting.
- Perhatian terfokus
(Focused Attention); Perhatian
terfokus mengacu pada situasi dimana seseorang diberikan beberapa input
namun harus fokus pada satu input saja selama selang waktu tertentu.
Penerima informasi berfokus pada satu sumber/input dan tidak terdistraksi
oleh gangguan-gangguan lain. Faktor yang berpengaruh terhadap perhatian
terfokus adalah jarak dan arah, serta gangguan dari lingkungan sekitar.
Penerima informasi akan lebih mudah menerima informasi dari sumber yang
berada langsung di depannya.
- Perhatian terbagi
(Divided Attention); Perhatian
terbagi terjadi ketika penerima informasi diharuskan menerima informasi
dari berbagai sumber dan melakukan beberapa jenis pekerjaan sekaligus.
- Perhatian yang
terus menerus (Sustained Attention);
Perhatian terus menerus dilakukan penerima
informasi yang harus melihat sinyal atau sumber pada jangka waktu tertentu
yang cukup lama. Dalam situasi ini sangat penting bagi penerima informasi
untuk mencegah kehilangan sinyal.
- Kurang perhatian
(Lack of Attention); Kurang
perhatian merupakan situasi dimana penerima informasi tidak berkonsentrasi
terhadap pekerjaannya. Situasi ini disebabkan oleh kebosanan/kejenuhan dan
kelelahan. Ciri-ciri pekerjaan yang dapat menimbulkan situasi kurang
perhatian adalah pekerjaan dengan siklus pendek, sedikit membutuhkan pergerakan
tubuh, lingkungan yang hangat, kurangnya interaksi dengan pekerja lain,
motivasi rendah, dan tempat kerja memiliki pencahayaan yang buruk.
B.
Persepsi
Persepsi,
merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus
yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera
merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan
stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian
diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang
diindera.
Dengan
kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi
kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu
terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran,
perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam
proses persepsi.
Gibson,
dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku, Struktur; memberikan
definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk
menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga
menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan
oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus
secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali
lebih penting daripada situasi itu sendiri.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal
dan Faktor Eksternal.
1. Faktor Internal
yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri
individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :
- Fisiologis;
Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh
ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap
lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang
berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
- Perhatian;
Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan
atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada
suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang
terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi
terhadap suatu obyek.
- Minat;
Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak
energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi.
Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan
tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
- Kebutuhan yang
searah; Faktor ini dapat dilihat dari
bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang
dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
- Pengalaman dan
ingatan; Pengalaman dapat dikatakan
tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat
kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian
luas.
- Suasana hati;
Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan
bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana
seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
2. Faktor Eksternal
yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan
obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut
pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana
seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal
yang mempengaruhi persepsi adalah :
- Ukuran dan
penempatan dari obyek atau stimulus; Faktor ini menyatakan
bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk
dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan
melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada
gilirannya membentuk persepsi.
- Warna dari
obyek-obyek; Obyek-obyek yang mempunyai cahaya
lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan
dengan yang sedikit.
- Keunikan dan
kekontrasan stimulus; Stimulus luar yang
penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di
luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
- Intensitas dan
kekuatan dari stimulus; Stimulus dari luar akan
memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan
yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari
suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
- Motion atau
gerakan; Individu akan banyak memberikan
perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan
dibandingkan obyek yang diam.
PROBLEM SOLVING
A.
Pengertian
Problem Solving
Problem
solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan
memecahkan berdasarkan data dan informasi
yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat
(Hamalik, 1994:151).
Masalah
timbul jika ada kesenjangan antara kenyataan dan harapan (Martin, 1994:331).
Masalah adalah suatu situasi dimana ada sesuatu yang diinginkan tetapi belum
diketahui mendapatkannya (Stepelmen, 202:96). Sesuatu merupakan masalah bagi
seseorang apabila sesuatu itu baru dan sesuai dengan kondisi yang memecahkan
masalah, dan kondisi yang memecahkan masalah memiliki pengetahuan prasyarat
(Ruseffendi, 1991:169).
Persoalan
menjadi masalah bagi seseorang apabila orang tersebut 1) mampu menyelesaikan
tetapi tidak menggunakan cara atau algoritma yang rutin, 2) mempunyai siapan
untuk menyelesaikan (mental, pengetahuan), 3) ada niat untuk menyelesaikan
(Ruseffendi, 1991: 336)
Berpikir
memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang baru adalah kegiatan yang
kompleks dan berhubungan erat satu dengan yang lain. Suatu masalah umumnya
tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir, dan banyak masalah memerlukan pemecahan
yang baru bagi orang-orang atau kelompok. Sebaliknya, menghasilkan sesuatu
(benda-benda, gagasan-gagasan) yang baru bagi seseorang, menciptakan sesuatu,
itu mencakup problem solving. Ini berarti informasi fakta dan konsep-konsep itu
tidak penting. Seperti telah kita ketahui, penguasaan informasi itu perlu untuk
memperoleh konsep; keduanya itu harus diingat dan dipertimbangkan dalam problem
solving dan perbuatan kreatif. Begitu pula perkembangan intelektual sangat
penting dalam problem solving (Slameto, 1990 : 139).
B.
Langkah
Lingkaran Masalah
Kita
membutuhkan suatu cara untuk mengatasi rintangan-rintangan atau untuk mencapai
suatu tujuan. Apabila kita dapat dengan cepat menemukan caranya, tidak masalah.
Tetapi bagaimana jika tidak? Maka berikut adalah lingkaran langkah-langkah
pemecahan masalah :
The
Problem-Solving Cycle
Namun
demikian, langkah-langkah yang kita tempuh dapat fleksibel tergantung besar
kecilnya masalah. Kita dapat mengatur urutan sendiri langkah-langkahnya,
melewati salah satu, atau bahkan menambahkan jika perlu. Yang terpenting,
kenali masalahnya. Kita harus ingat bahwa emosi dapat mempengaruhi cara
bagaimana kita mengimplementasikan lingkaran langkah-langkah pemecahan masalah.
(Schwarz & Skutnik, 2003). Misal dalam hal penulisan makalah:
1.
Identifikasi masalah: Jika akan menulis makalah, tentukan dulu makalah tersebut
untuk hal apa.
2.
Definisi masalah dan representasi: Tentukan apa topik untuk makalah tersebut,
sehingga dapat pula menentukan penelitian-penelitian apa yang akan dilakukan.
3.
Penyusunan strategi: Dalam penulisan makalah, harus melalui tahap-tahap analisa,
riset dan kemudian kesimpulan yang dituliskan dalam bentuk draft.
4.
Pengorganisasian informasi: Tahap ini adalah tahap yang kritis. Kadang-kadang orang
gagal bukan karena tidak dapat mengatasinya, melainkan karena tidak dapat
mengorganisasikannya. Maka dalam penulisan makalahpun, ide-ide haruslah
diorganisasi dalam outline.
5.
Alokasi sumber: Dalam menulis waktu banyak dihabiskan untuk melakukan riset,
mencatat, dan membuat rencana. Maka hal ini harus dilakukan secara efektif dan
efisien sehingga terhindar dari frustrasi.
6.
Monitoring: Jika sedang menulis makalah, kita memonitor apakah kita membuat
kemajuan atau tidak. Kalau tidak, cari sebabnya.
7.
Evaluasi: Setelah pembuatan draft, evaluasi. Mungkin kita ingin memperbaiki
atau mengedit sebelum menyerahkannya. Melalui evaluasi sering terjadi
peningkatan, karena dengan evaluasi tersebut akan ditemukan masalah. Masalah
yang didapati akan didefinisikan kembali, sehingga ditemukan strategi baru yang
lebih baik. Maka dengan demikian, lingkaran langkah-langkah pemecahan masalah
di atas menjadi lengkap apabila mengarah kepada wawasan baru.
C.
Langkah-Langkah
Problem Solving
Penulis
perlu menggunakan pendekatan yang terdiri dari tiga langkah untuk problem
solving, dengan demikian konsep problem solving ini bukan teori belaka, tetapi telah terbukti
keberhasilannya.
Adapun
tiga langkah problem solving adalah :
a. Mengidentifikasi masalah secara tepat
Secara
konseptual suatu masalah (M) didefinisikan sebagai kesenjangan atau gap antara
nerja actual dan targetkinerja (T )
yang diharapkan, sehingga secara simbolik dapat dituliskan bersamaan; M=T –
A.berdasarkan konsep seorang problem solver yang professional harus terlebih
dahulu nanpu mengetahui berapa atau pada tingkat mana kinerja actual saat ini,
dan berapa atau tingkat mana kinerja serta kita harus mampu mendefinisikan
secara tegas apa masalah utama kita kemudian menetapkan pada tingkat mana
kinerja actual kita sekarang dan kapan waktu pencapain target kinerja itu.
b. Menentukan sumber dan akar penybab dari
masalah
Suatu
solusi masalah yang efektif, apabila kita berhasil menemukan sumber-sumber dan
akar-akar dari masalah itu, kemudian mengambil tindakan untuk menghilangkan
masalah-masalah tersebut.
c. Solusi masalah secara efektif dan efisien.
Adapun
langkah-langkah Solusi masalah yang efektif dan efisien yaitu:
Mendefinisikan
secara tertulis
Membangun
diagram sebab akibat yang dimodifikasi untuk mendefinisikan : a) akar penyebab dari masalah itu, b)
penyebab-penyebab yang tidak dapat dikendalikan, namun dapat diperkirakan
Setiap
akar penyebab dari masalah dimasuskkan ke dalam diagram sebab akibat .
sedangkan penyebab yang tidak dapat diperkirakan, didaftarkan pada sebab akibat
itu secara tersendiri.
D.
Mendefiniskan
Solusi
Mendefiisikan
tindakan atau solusi yang efektif melalui memperhatikan dan mempertimbangkan :
a)pencegahan terulang atau muncul kembali penyebab –penyebab itu, b) tindakan
yang diambil harus ada di bawah pengendalian kita, dan c) memenuhi tujuan dan
target kinerja yang ditetapkan.
Menerapkan
atau melakukan implementasi atau tindakan-tindakan yang diajukan (Vincent
Gasper sz, dan Qruztyann.blogs.friendster. com)
Adapun
langkah-langkah lain yaitu menurut konsep Dewey yang merupakan berpikir itu
menjadi dasar untuk problem solving
adalah sebagai berikut:
a. Adanya
kesulitan yang dirasakan atau kesadaran akan adanya masalah.
b. Masalah
itu diperjelas dan dibatasi.
c. Mencari
informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan atau
diklasifikasikan.
d. Mencari
hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesa-hipotesa kemudian hipotesa-hipotesa
dinilai, diuji agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.
e. Penerapan
pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai pengujian
kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai kepada kesimpulan.
E.
Pemecahan
Masalah
Menurut
Dewey langkah-langkah dalam problem solving yaitu sebagai berikut: kesadaran
akan adanya masalah, merumuskan masalah, mencari data dan merumuskan
hipotesa-hipotesa itu dan kemudian menerima hipotesa yang benar. Tetapi problem
solving itu tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan dapat
meloncat-meloncat antara macam-macam lankah tersebut, lebih-lebih apabila orang
berusaha memecahkan masalah yang
kompleks. Misalnya: masalah-masalah pendidikan telah dikenal orang
bertahun-tahun yang lalu, dan telah banyak hipotesa pemecahan dirumuskan dan
dicoba. Tetapi, orang masih berusaha merunuskan masalah-masalah itu secara
lebih tepat dan mengusahan pengerjaan pemecahan masalah yang lain agar dapat
ditemukan pemecahan yang lebih baik.
Metode
problem solving ini menekankan pada penemuan dan pemecahan masalah secara
berkelanjutan. “kelebihan metode ini
mendorong siswa untuk berpikir secara ilmiah, praktis, intuitif dan bekerja
atas dasar inisiatif sendiri, menumbuhkan sikap objektif, jujur dan terbuka.
Sedangkan kelemahannya memerlukan waktu yang cukup lama, tidak semua materi
pelajaran mengandung masalah memerlukan perencanaan yang teratur dan matang,
dan tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.
Sedangkan
Kenedy seperti dikutip oleh Lovitt (1989 : 279) menyarankan empat langkah
proses pemecahan masalah matematika yaitu dengan :
a. Memahami masalah
b. Merencanakan
pemecahan masalah
c. Melaksanakan
pemecahan masalah, dan
d. Memeriksa
kembali
Bagi
anak berkesulitan belajar dan bahkan
juga bagi anak yang tidak berkesulitan belajar , menyelesaikan soal bukan
pekerjaan yang mudah. Di samping itu, anak juga tidak terlatih untuk
menyelesaikan masalah matematika secara lebih sistematis. Oleh karena itu,
pendekatan pemecahan masalah dengan memanfaatkan alat peraga dengan langkah-langkah yang telah dikemukakan
tampaknya lebih baik untuk digunakan baik bagi anak berkesulitan belajar maupun yang tidak berkesulitan belajar .
problem solving
Tidak ada komentar:
Posting Komentar