Senin, 28 Maret 2011

BAHASA (FILSAFAT MANUSIA)


BAHASA

A.      Mengapa Kita Mulai dengan Perbuatan Berbicara?

Berbicara itu hanya satu cara khusus untuk mengisyaratkan. Perbuatan mengisyaratkan secara umum, adalah tindakan manusia untuk membuat tanda-tanda, boleh vocal atau lainnya, untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan.
Perbuatan berbicara adalah perbuatan khusus manusia untuk mengisyaratkan perasaan-perasaan atau pikirannya, dengan cara mengeluarkan serta membentuk suara-suara dengan alat tubuh yang disebut alat laryngo-buccal (pangkal tenggorokan dan mulut), memikirkan perbuatan berbicara atau suatu perbuatan mengisyaratkan yang mana pun juga sama dengan memikirkan kemampuan umum dari manusia untuk mengemukakan perasaan dan pikirannya dengan perantara tanda-tanda.
Berbicara adalah suatu gejala yang sudah dikenal dengan baik dan jelas sehingga secara relativ mudah dipelajari setiap orang baik pada dirinya sendiri maupun pada orang-orang lain. Perbuatan berbicara sering kita lakuakan dalam keseharian kita; kita berbicara dengan orang lain, mendengarkan orang lain berbicara, dan berbicara dengan diri sendiri saat kita dalam kesendirian sampai kita tertidur perbuatan berbicara masih dilakukan melalui mimpi. Karena berbicara mengisi eksistensi manusia dan memberi ciri khas kepadanya, daya bicara itu selalu menjadi objek observasi serta serta refleksi bagi filsuf. Dengan memikirkan daya itu, kita mengikuti suatu tradisi besar dan turut serta pada salah satu tema yang sangat digemari oleh para cendikiawan dewasa ini.
Pada zaman ini, penuturan serta bahasa seperti halnya mitos dan simbol, telah menjadi pokok-pokok pengamatan yang sangat disukai dalam berbagai penyelidikan dan pembahasan, bukan saja dikalangan para filsuf, tetapi juga dikalangan psikolog dan antropolog. Sebelum PD II, filsuf Jerman Ernts Cassirer dalam tulisannya An essay on man, menunjukkan bahwa semua kegiatan yang khas bagi manusia bersumber dari kesanggupan asasi yang dimilikinya untuk memberikan suatu arti kepada setiap hal dan untuk mengespresikannya (yang membedakan manusia dengan bintang) . M. Merleau-Ponty menjelaskan dalam tulisannya Phenomenologie de la perception, bahwa bahasa tidak hanya mengemukakan pikiran tetapi juga membentuknya. Filsuf Andre Marc dalam bukunya Psychologie reflexive, keuntungan dari membuka filsafat manusia dengan suatu refleksi tentang kemampuan berbicara. Selain gejala itu mudah untuk dikonstatir dan memang memberikan corak khas terhadap adanya manusia, keadaan itu memperbolehkan kita untuk mengerti manusia dalam kesatuan dinamisnya dan sekaligus dalam kompleksitasnya dalam satu kesatuan yang hidup, yang terbawa kearah dunia dan hubungannya dengan sesama.
Jadi ada 3 macam keuntungan mempelajari filsafat manusia dari perbuatan berbicara, pertama berbicara adalah suatu gejala yang terang, kemudian suatu tema yang terpilih dan disukai oleh pemikiran kontemporer, dan akhirnya mengggambarkan keseluruhan manusia atau manusia secara menyeluruh.

B.       Apa yang Dimaksudkan dengan Berbicara dan Mengisyaratkan?

Marilah kita mulai dengan gagasan tanda, tanda adalah suatu kesatuan yang kompleks, terdiri dari suatu unsur yang bersifat material dan suatu unsur yang bersifat metamaterial. Signifikasi atau arti adalah sifat yang dimiliki oleh suatu realitas lain dari dirinya sendiri. Jadi, tanda itu dalam struktur internnya terdiri dari suatu unsur yang material dan suatu signifikasi, tanda bersifat relasional atau intensional. Suatu tanda bisa jadi bersifat natural atau konvensional, tanda bersifat natural jika hubungan antar unsur material dan yang diisyaratkan timbul dari sifat kodrati mereka masing-masing. Tanda yang memiliki satu arti disebut univok, tanda yang memiliki arti lebih dari satu arti disebut ekuivok.
Lambang adalah tanda analog yang arti pertamanya cukup jelas, tetapi arti keduanya memerlukan penjelasan supaya menjadi terang.
Kata adalah suatu tanda yang unsur materialnya berupa suatu pengiriman udara dari alat bicara dari kerongkongan manusia yang bergema dan terucapkan. Kita juga mengerti kata dari unsur ekuivalennya yang disebut tulisan.
Percakapan adalah perbuatan yang menimbulkan kata-kata yang saling berangkai untuk menghasilakan signifikasi global.
Bahasa adalah kumpulan kata-kata yang merupakan suatu system khusus dari pengungakapan, misalnya bahasa Indonesia dan bahasa inggris. Bahasa juga berarti bagaimana seseorang menggunakan bahasa itu, ataupun suatu kelompok tanda atau ungkapan yang dimiliki oleh seseorang pribadi atau sebuah kelompok khusus.

C.      Berbicara dan Mengisyaratkan Menunjukkan Keunggulan Manusia

Disini kami mengiktisarkan secara sistematis dengan menggaris bawahi perbedaan-perbedaan fundamental yang mempertentangkan bahasa binatang dengan percakapan manusia.
Pertama, bahasa binatang adalah suatu yang diberikan bersama-sama dengan kelahirannya, bukan hasil pelajaran, yang berkembang sejalan dengan perkembangan organismenya. Anak manusia memerlukan seseorang yang mengajarnya untuk berbicara.
Kedua, pelajaran pertama berbicara pada anak manusia merupakan titik tolak bagi keingintahuan, dan kreativitas yang timbul secara tiba-tiba tampak luar biasa.
Ketiga, sementara bahasa hewan tidak berkembang sama sekali, maka bahasa manusiawi maju tanpa batas. Bahasa manusiawi dapat diterjemahkan kedalam semua bahasa yang lainnya, sedangkan bahasa hewan tidak dapat dialih bahasakan.
Keempat, apa yang dilakukan dan dikemukakannya mencerminkan adanya kebebasan padanya. Jika, ia seorang normal maka ia tidak akan berbicara tanpa berfikir. Binatang bereaksi terhadap sinyal-sinyal (bereaksi seketika tanpa berpikir), sedangkan manusia menanggapi dengan bereaksi terhadapnya sesudah signifikasi tersebut dipikirkan untuk dirinya dan dalam keseluruhan situasi (tanda-tanda).

D.      Perbuatan Berbicara serta Mengisyaratkan Memperlihatkan Apa yang Esensial dalam Kodrat Manusia

Perbuatan berbicara itu mengharuskan kita mengakui bahwa dalam diri orang yang berbicara terdapat sejumlah karakter serta kecakapan yang langsung kita anggap sebagai ciri-ciri esensial dari kodrat manusia.
Yang pertama diantara hal-hal yang baru dikemukakan dapat dibenarkan dengan mudah. Karena orang yang berbicara dan mengisyaratkan melakukan perbuatan yang bersifat banyak, maka perlulah pada waktu ia melakukan perbuatan-perbuatan itu, ia tetap tinggal satu cara subtansial, ia identik dengan dirinya. Dapat dimengerti juga bahwa sipribadi yang berbicara selama perbuatan itu berlangsung, terbuka terhadap dunia dan hadir pada orang-orang lain, lebih dulu harus memiliki interioritas.
Lalu, dapat kita lihat dengan mudah bahwa orang yang berbicara memperlihatkan adanya kemampuan untuk menerima dan untuk bersifat kreatif, dan dengan demikian menunjukkan bahwa ia adalah sesuatu yang hidup. Selanjutnya, jelas bahwa manusia yang berbicara dan mengisyaratkan mampu dan mengetahui aktifitas. Juga tampak bahwa mahluk yang berbicara serta mengisyaratkan terdiri dari badan dan roh.
Jadi, pada akhirnya, teranglah bahwa subjek yang berbicara serta mengisyaratkan dengan memperlihatkan objektivitas, menunjukkan bahwa ia mampu berpikir dan berkebebasan. Mengucapkan realitas menurut adanya mereka sendiri tidak berarti mengabaikan diri kita sendiri. Itu memanifestasikan dalam diri manusia kemampuan untuk menerima, penguasaan terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengetahui, dan kecenderungan untuk bersatu dengan kebenaran.

1 komentar: