A.
Transfer Belajar
Transfer belajar adalah
sebuah frase yng terdiri dari kata transfer dan belajar. Transfer adalah
pergantian, serh terima, atau pemindahan. Beljar sebgaimana telah diketahui
adalah serangkaian kegiatan jiwa-raga untuk memperoleh sutu perubahan tingkah
laku sebgai hasil dari pengalaman individudalam interaksi dengan
lingkungannyayang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Transfer merupakan
aplikasi yang efektif bagi kinerja seseorang dalam menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang di peroleh selama belajar. Pengetahuan dan keterampilan
seseorang sebagai hasil belajar pada masa lalu sering kali mempengaruhi proses
belajar yang sedang dialaminya sekarang. Inilah yang disebut transfer dalam
belajar. Transfer dalam belajar yang lazim di sebut transfer belajar (transfer
of learning) mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu
situasi ke situasi lainnya (Reber: 1998). Kata pemindahan keterampilan tidak
berkonotasi hilangnya keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena
digantikan dengan keterampilan baru pada masa sekarang, tertapi pemindahan
pengaruh keterampilan melakukan sesuatu terhadap tercapainya keterampilan
melakukan sesuatu yang lain.
Pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dari bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau kehidupan sehari-hari diluar lingkup pendidikan sekolah menunjukkan terdapat hasil belajar (Winkel, 1999). Transfer belajar menunjuk pada kenyataan bahwa hasil belajar yang diperoleh, digunakan di suatu bidang atau situasi di luar lingkup bidang studi dimana hasil itu mula-mula diperoleh.
Pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dari bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau kehidupan sehari-hari diluar lingkup pendidikan sekolah menunjukkan terdapat hasil belajar (Winkel, 1999). Transfer belajar menunjuk pada kenyataan bahwa hasil belajar yang diperoleh, digunakan di suatu bidang atau situasi di luar lingkup bidang studi dimana hasil itu mula-mula diperoleh.
Beberapa
teori tranafer belajar
a)
teori
disiplin formal
teori ini didasarioleh
ilmu jiwa daya. Menurut teori ini tersusun dari beberapa macam daya (misalnya
pikiran, ingatan, perasaan, dll).
b)
teori
komponen-komponen idenyik
menurut teori ini
transfer terjadi, jika antara situasi yang lalu atau hasil belajar yang lalu
dengan dengan situasi yang dihadapi atau bahan pelajaran yang dihadapi terdapat
aspek-aspek yang sama.
c)
teori
generalisasi
Charles judd
(1873-1946) transfer beljajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
menangkap struktur pokok, pola, dan prinsip-prinsip umum.
Ragam
transfer belajar
menurut gagne seorang
education psikologis (pakar psikologi pendidikan)yang mahsur,transfer dalam
belajar dapat di golongkan ke dalam empat kategori yakni:
a. transfer
positif yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutya
b. transfer
negatif yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan selanjutya
c. taransfer
vertikal yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan
atau keteramplan yang lebih tinggi
d. transfer
lateral yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan
atau keterampilan yang selanjutya
B. Lupa
1. Lupa
versus hilang
Kerap kali lupa dan hilang secara spontan dianggap
sama, padahal apa yang dilupakan belum tentu hilang dalam ingatan begitu saja.
(Gula, 1982 dan Reber 1988) bahwa lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau
mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. (Muhibbinsyah, 1999;
151)lupa bukan berarti hilang.
2. Lupa
–lupa ingat
Lupa-lupa ingat berarti tidak lupa, tetapi
tidak ingat benar; (masa samar, tetapi kurang pasti); agak lupa.
Pengorganisasian struktur kognitif yang kurang baik dan sistematik berpotensi
kearah lupa-lupa ingat. Kerancuan struktur kognitif menyebabkan sejumlah kesan
menjadi samar-samar; kesan berbentuk baying-bayang dalam ketidakpastian.
Lupa adalah fenomena
psikologis, suatu proses yang terjadi di dalam kehidupan mental. Lupa (forgetting)
ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang
sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988)
mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang
pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa
hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
a.
Faktor-faktor penyebab lupa
Pertama, lupa
dapat terjadi karena sebab gangguan konflik antara item-item informasi atau
materi yang ada dalam system memori siswa. Dalam interference theory (teori
mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1) practice
interference; 2) retroactive interference (Reber 1988; Best 1989;
Anderson 1990)
.Kedua, lupa
dapat terjadi pada seorang siswa karena sebab adanya tekanan terhadap item yang
telah ada baik sengaja maupun tidak. Penekanan ini terjadi karena beberapa
sebab, yaitu:
- Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan, dan sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran
- Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroactive
- Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan
Ketiga, lupa dapat terjadi karena sebab perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses belajar-mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan terhadp guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Keempat, menurut
law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena
sebab materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunaakan atau
dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan
demikian akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan
materi pelajaran baru.
Kelima, lupa
tentu saja dapat terjadi karena sebab perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa
yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alcohol, dan
geger otak akan kehilangan ingatan ata item-item informasi yang ada dalam
memori permanennya.
b.
Kiat mengurangi lupa dalam belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi
lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat
yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara lain menurut
Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson
(1990), adalah sebagai berikut:
1. Over
learning
Over learning (belajar
lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi
pelajaran tertentu. Over learning terjadi apabila respons atau reaksi
tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan
cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk over
learning, antara lain pembacaan teks Pancasila pada setiap hari Senin
memungkinkan ingatan siswa terhadap teks Pancasila lebih kuat.
2. Extra
study time
Extra study time (tambahan
waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan
frekuensi aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu
berarti siswa menambah jam belajar, misalnya dari satu jam menjadi dua jam
waktu belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan
kekerapan belajar materi tertentu, misalnya dari sekali sehari menjadi dua kali
sehari. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari
kelupaan.
3. Mnemonic
device
Mnemonic device (muslihat
memori) yang sering juga hanya disebut mnemonic itu berarti kiat
khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item
informasi ke dalam system akal siswa. Muslihat mnemonic ini banyak
ragamnya, yang paling menonjol adalah sebagaimana terurai di bawah ini:
Singkatan, yakni
terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat siswa.
Pembuatan singkatan-singkatan ini seyogianya dilakukan sedemikian rupa sehingga
menarik dan memiliki kesan tersendiri.
System kata pasak (peg word
system), yakni sejenis teknik mnemonic yang menggunakan
komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait
memori baru. Kata komponen pasak ini dibentuk berpasangan yang memiliki
kesamaan watak (baik itu warna, rasa, dan seterusnya). Misalnya langit-bumi;
panas-api; merah-darah; dan seterusnya.
4. Clustering
(pengelompokan)
Clustering (pengelompokkan)
ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang
dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi
dan lafal yang sama atau sangat mirip. Penataan ini direkayasa sedimikian rupa
dalam bentuk daftar-daftar item materi sehingga mudah untuk dihafalkan.
- Extra Study TimeLatihan Terbagi
Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah latihan
terkumpul (massed practice) yang sudah dianggap tidak efektif karena
mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa
melakukan latihan-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan
diantara waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk menghindari cramming,
yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam
melaksanakan distributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai
metode dan strategi belajar yang efisien, misalnya hukum Jost sebagaimana yang
telah penyusun singgung sebelum ini.
- Pengaruh Tak Tersambung
Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the
serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama,
istilah, dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus
diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan
menggunakan huruf dan warnba yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari
kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian, kata yang
ditulis pada awal dan akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan
diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa.
C . Kejenuhan
Belajar
Kejenuhan
ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Jadi kejenuhan belajar
ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar tetapi tidak
mendatangkan hasil (Reber 1988). Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu :
a. Siswa
yang telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat
keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan
berikutnya (Chaplin, 1972).
b. Kejenuhan
dapat juga terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas
kemampuan jasmaniahnya karena bosan (borring) dan keletihan (fatigue).
Menurut Cross (1974)
dalam bukunya The Psycology of Learning, keletihan siswa dapat diketegorikan
menjadi : 1) keletihan indra siswa, 2) keletihan fisik siswa, 3) keletihan
mental siswa. Keletihan indra dan fisik siswa dapat dihilangkan dengan mudah
dengan beristirahat dengan cukup. Tetapi keletihan mental tidak mudah
mengatasinya. (Cross, The Psycology of Learning, 1974)
Kiat-kiat untuk
mengatasi keletihan mental yang menyebabkan kejenuhan belajar, yaitu :
a. Melakukan
istirahat dan mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang
cukup banyak.
b. Pengubahan
atau penjadwalan kembal jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih
memungkinkan siswa belajar lebih giat.
c. Pengubahan
atau penataan kembali lingkungan belajar siswa
d. Memberikan
motivasi dan stimulus baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat
daripada sebelumnya.
Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah
atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar