Selasa, 15 Maret 2011

TRANSFER LUPA DAN JENUH DALM BELAJAR


A.     Transfer Belajar
Transfer belajar adalah sebuah frase yng terdiri dari kata transfer dan belajar. Transfer adalah pergantian, serh terima, atau pemindahan. Beljar sebgaimana telah diketahui adalah serangkaian kegiatan jiwa-raga untuk memperoleh sutu perubahan tingkah laku sebgai hasil dari pengalaman individudalam interaksi dengan lingkungannyayang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Transfer merupakan aplikasi yang efektif bagi kinerja seseorang dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang di peroleh selama belajar. Pengetahuan dan keterampilan seseorang sebagai hasil belajar pada masa lalu sering kali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya sekarang. Inilah yang disebut transfer dalam belajar. Transfer dalam belajar yang lazim di sebut transfer belajar (transfer of learning) mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi ke situasi lainnya (Reber: 1998). Kata pemindahan keterampilan tidak berkonotasi hilangnya keterampilan melakukan sesuatu pada masa lalu karena digantikan dengan keterampilan baru pada masa sekarang, tertapi pemindahan pengaruh keterampilan melakukan sesuatu terhadap tercapainya keterampilan melakukan sesuatu yang lain.
Pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dari bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau kehidupan sehari-hari diluar lingkup pendidikan sekolah menunjukkan terdapat hasil belajar (Winkel, 1999). Transfer belajar menunjuk pada kenyataan bahwa hasil belajar yang diperoleh, digunakan di suatu bidang atau situasi di luar lingkup bidang studi dimana hasil itu mula-mula diperoleh.
Beberapa teori tranafer belajar
a)      teori disiplin formal
teori ini didasarioleh ilmu jiwa daya. Menurut teori ini tersusun dari beberapa macam daya (misalnya pikiran, ingatan, perasaan, dll).
b)      teori komponen-komponen idenyik
menurut teori ini transfer terjadi, jika antara situasi yang lalu atau hasil belajar yang lalu dengan dengan situasi yang dihadapi atau bahan pelajaran yang dihadapi terdapat aspek-aspek yang sama.
c)      teori generalisasi
Charles judd (1873-1946) transfer beljajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola, dan prinsip-prinsip umum.
Ragam transfer belajar
menurut gagne seorang education psikologis (pakar psikologi pendidikan)yang mahsur,transfer dalam belajar dapat di golongkan ke dalam empat kategori yakni:
a.       transfer positif yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutya
b.      transfer negatif yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan selanjutya
c.       taransfer vertikal yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan atau keteramplan yang lebih tinggi
d.      transfer lateral yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan atau keterampilan yang selanjutya
B. Lupa
1.      Lupa versus hilang
Kerap kali lupa dan hilang secara spontan dianggap sama, padahal apa yang dilupakan belum tentu hilang dalam ingatan begitu saja. (Gula, 1982 dan Reber 1988) bahwa lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. (Muhibbinsyah, 1999; 151)lupa bukan berarti hilang.
2.      Lupa –lupa ingat
Lupa-lupa ingat berarti tidak lupa, tetapi tidak ingat benar; (masa samar, tetapi kurang pasti); agak lupa. Pengorganisasian struktur kognitif yang kurang baik dan sistematik berpotensi kearah lupa-lupa ingat. Kerancuan struktur kognitif menyebabkan sejumlah kesan menjadi samar-samar; kesan berbentuk baying-bayang dalam ketidakpastian.
Lupa adalah fenomena psikologis, suatu proses yang terjadi di dalam kehidupan mental. Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
a.      Faktor-faktor penyebab lupa
Pertama, lupa dapat terjadi karena sebab gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam system memori siswa. Dalam interference theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1) practice interference; 2) retroactive interference (Reber 1988; Best 1989; Anderson 1990)
.Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena sebab adanya tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja maupun tidak. Penekanan ini terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
  1. Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan, dan sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran
  2. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroactive
  3. Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan

Ketiga
, lupa dapat terjadi karena sebab perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses belajar-mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan terhadp guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Keempat, menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena sebab materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunaakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
Kelima, lupa tentu saja dapat terjadi karena sebab perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alcohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan ata item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.
b. Kiat mengurangi lupa dalam belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara lain menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990), adalah sebagai berikut:


1.      Over learning
Over learning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Over learning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk over learning, antara lain pembacaan teks Pancasila pada setiap hari Senin memungkinkan ingatan siswa terhadap teks Pancasila lebih kuat.
2.      Extra study time
Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar, misalnya dari satu jam menjadi dua jam waktu belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu, misalnya dari sekali sehari menjadi dua kali sehari. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
3.      Mnemonic device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam system akal siswa. Muslihat mnemonic ini banyak ragamnya, yang paling menonjol adalah sebagaimana terurai di bawah ini:
Singkatan, yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat siswa. Pembuatan singkatan-singkatan ini seyogianya dilakukan sedemikian rupa sehingga menarik dan memiliki kesan tersendiri.
System kata pasak (peg word system), yakni sejenis teknik mnemonic yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori baru. Kata komponen pasak ini dibentuk berpasangan yang memiliki kesamaan watak (baik itu warna, rasa, dan seterusnya). Misalnya langit-bumi; panas-api; merah-darah; dan seterusnya.
4.      Clustering (pengelompokan)
Clustering (pengelompokkan) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip. Penataan ini direkayasa sedimikian rupa dalam bentuk daftar-daftar item materi sehingga mudah untuk dihafalkan.
  1. Extra Study TimeLatihan Terbagi
Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah latihan terkumpul (massed practice) yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan diantara waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk menghindari cramming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam melaksanakan distributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai metode dan strategi belajar yang efisien, misalnya hukum Jost sebagaimana yang telah penyusun singgung sebelum ini.
  1. Pengaruh Tak Tersambung
Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warnba yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal dan akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa.
C .      Kejenuhan Belajar
Kejenuhan ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Jadi kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber 1988). Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu :
a.       Siswa yang telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya (Chaplin, 1972).
b.      Kejenuhan dapat juga terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan (borring) dan keletihan (fatigue).
Menurut Cross (1974) dalam bukunya The Psycology of Learning, keletihan siswa dapat diketegorikan menjadi : 1) keletihan indra siswa, 2) keletihan fisik siswa, 3) keletihan mental siswa. Keletihan indra dan fisik siswa dapat dihilangkan dengan mudah dengan beristirahat dengan cukup. Tetapi keletihan mental tidak mudah mengatasinya. (Cross, The Psycology of Learning, 1974)
Kiat-kiat untuk mengatasi keletihan mental yang menyebabkan kejenuhan belajar, yaitu :
a.       Melakukan istirahat dan mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
b.      Pengubahan atau penjadwalan kembal jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
c.       Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa
d.      Memberikan motivasi dan stimulus baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya.
Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar