ERIK ERIKSON
A.
Biografi
Erik H. Erikson
Erik
Erikson lahir di Frankfurt, Jerman, tanggal15 Juni tahun 1920, dari orang tua
berkebangsaan Denmark, keluarga ibunya adalah yahudi, Erikson tidak pernah
mengenal ayahnya yang sebenarnya karena orang tuanya berpisah sejak dia lahir.
Ibunya menikah dengan seorang dokter Dr. Homburger. Tahun 1939 setelah Erikson
hijrah ke Amerika, ia menambahkan nama ayahnya dan dikenal sebagai Erik
Homburger Erikson.
Sesudah
menyelesaikan pendidikan di Gymnasium, Jerman. Erikson mempelajari
psikoanalisis di Institut Psikoanalisis Wina dan lulus pada tahun 1933. Setelah
itu ia menikah dengan Joan Serson, seorang penari kelahiran Kanada. Setelah
menikah mereka memutuskan untuk pindah ke Denmark, setelah dari Denmark mereka
ahirnya pindah ke Boston, Amerika Serikat (1933). Dan menjadi ahli pertama di
bidang psikoanalisis anak di kota itu.
B.
Perumusan-perumusan
Teoritis Erikson
Teori
psikososial tentang perkembangan, tahap-tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan Dasar versus Kecurigaan Dasar
Kepercayaan
dasar adalah Kepercayaan yang paling awal terbentuk selama tahap sensorik oral
dan ditunjukkan bayi lewat kapasitasnya. Sedangkan kecurigaan dasar ialah
kecurigaan dasar yang pada pokoknya adalah perkembangan esensial bagi
perkembangan manusia. Perbandingan keduanya menimbulkan pengharapan.
2. Otonomi versus Perasaan Malu dan
Keragu-raguan
Pada
tahap kedua kehidupan (tahap maskural anal dalam skema psikoseksual) anak
mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya, yang menimbulkan sejenis
tuntutan ganda pada anak tuntutan untuk mengontrol diri sendiri, dan tuntutan
untuk menerima kontrol dari orang-orang lain dalam lingkungan. Untuk
mengendalikan sifat kemauan pada anak, orang-orang dewasa akan memanfaatkan
kecenderungan universal pada manusia untuk merasa malu, namum mereka juga
mendorong anak untuk mengembangkan perasaan otonomi dan akhirnya mandiri.
3. Inisiatif versus Kesalahan
Masa
bermain pada tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan seimbang secara
fisik maupun kejiwaan. Inisiatif dan otonomi memberikan kepada anak suatu
kualitas sifat mengejar dan meraih tujuan. Bahya dari tahap ini adalah perasaan
bersalah yang menghantui anak karena terlalu bergairah memikirkan
tujuan-tujuan.
4. Kerajinan versus Inferioritas
Dalam
proses epigenetik (periode laten), anak harus belajar mengontrol imajinasinya
dan mulai menempuh pendidikan formal, ia mengembangkan sifat rajin dan
mempelajari ganjaran dari ketekunan dan kerajinan. Bahaya dari tahap ini adalah anak bisa merasa rendah diri
apabila ia tidak berhasil (merasa menjadi seperti demikian) mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
5. Identitas versus Kekacauan
Identitas
Selama
masa adolesen, individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasanya
sendiri, perasaan bahwa ia manusia unik namun siap memasuki peranan yang
berarti dalam masyarakat. Innilah masa dalam kehidupan ketika orang ingin
menentukan siapakah ia pada masa sekarang dan ingin menjadi apakah ia dimasa
datang, adalah ego sebagai daya penggerak pembentukan identitas. Karena
peralihan mendadak dari masa kanak-kanak kemasa dewasa karena kepekaan sosial
dan historis seorang remaja mungkin merasakan penderitaan paling dalam
dibandingkan dengan masa-masa lain yang disebut dengan kekacauan identitas.
6. Keintiman versus Isolasi
Pada
masa dewasa awal (young adults), mereka siap
dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang-orang lain. Mereka
mendambakan hubungan-hubungan yang intim-akrab, dan persaudaraan, memenuhi
komitmen-komitmen meski berkorban. Maka timbulah cinta anak-anak muda itu dapat
mengembangkan genitalitas (genitality) seksual yang sesungguhnya.
7. Generativitas versus Stagnasi
Ciri
tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan-keturunan,
produk-produk, ide dan sebagainya. Apabla generativitas lemah atau tidak
diungkapkan maka kepribadian akan mundur, dan mengalami pemiskinan serta
stagnasi. Nilai pemeliharaan (care) berkembang dalam tahap ini, pemeliharaan
terungkap dalam kepedulian seseorang pada orang lain, dalam keinginan memberi
perhatian kepada mereka.
Penyimpangan-penyimpangan
dari ritualisasi generasioanal tercermin dalam ritualisme autoritisme,
autoritisme adalah pencaplokan atau perongrongan kekuasaan yang bertentangan
dengan pemeliharaan.
8. Integritas versus Keputusasaan
Integritas
paling tepat dilukiskan sebagai keadaan yang dicapai seseorang setelah
memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk, dan ide-ide, dan setelah
menyesuaikan diri dengan keberhasilan-keberhasilan dan kegagalan-kegagalan dalam
hidup. Ia akan dengan bangga mempertahankan integritasnya dan mempertahankannya
dari potensi-potensi ancaman.
Lawan
integritas adalah keputusasaan tertentu menghadapi perubahan-perubahan siklus
kehidupan individu tehdap kondisi sosial dan historis, belum lagi kefanan hidup
pada kematian. Kebijaksanaan adalah nilai yang berkembang dari hasil pertemuan
antara integritas dan keputusasaan dalam tahap kehidupan yang terakhir ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar