Kamis, 26 Mei 2011

KEHIDUPAN FILSAFAT MANUSIA


KEHIDUPAN

A.    Kegiatan-kegiatan sebagai Ciri Khas Mahluk Hidup

Sebagai ciri khas mahluk hidup adalah asimilasi. Mahluk hidup berkembang dan mengembangkan diri dengan mengubah apa yang dimakan dan dicerna menjadi subtansinya sendiri. Sedangkan mesin bukan suatu “ada” yang berkembang dari dalam, tetapi sesuatu yang melengkapi dirinya dari luar bukan keseluruhan natural, melainkan suatu keseluruhan artifisial. Selain membentuk dan mengembangkan dirinya, juga dapat memperbaiki dan memulihkan luka-lukanya dan mengerjakan itu dari subtansinya sendiri, dari apa yang dibuat oleh organismenya sendiri.
Mahluk hidup dapat mereproduksikan dan melipat gandakan dirinya sendiri. Mesin juga dapat menyusun mesin-mesin lain, tetapi mereka tidak membuat dari subtansinya sendiri dan tidak membuat yang benar-benar berotonomi.
Mahluk hidup juga dapat bereaksi atas pengaruh-pengaruh yang diterimanya, dan atas keadaan-keadaan yang mengkondisikan eksistensinya. Mesin bereaksi atas dasar mekanisme, otomatisasi, dengan tidak dasar, dan tujuannya secara mutlak dari luar dirinya, atau dengan kata lain bertujuan atas kemauan yang menciptakannya yaitu manusia. Hanya manusialah sesungguhnya yang mampu menentukan sendiri tujuan-tujuannya. Mesin mungkin lebih unggul dalam pekerjaannya itu karen mesin telah dirancang seperti sedemikian itu. Akan tetapi, kegiatan lain yang hanya dapat dilakukan oleh mahluk hidup, ialah: asimilasi, penyembuahan diri, reproduksi diri, adaptasi dan readaptasi terus-menerus, dan menjadi tujuan bagi dirinya sendiri. Akhirnya, dalam hal manusia, menentukan sendiri cita-cita dan tujuannya sendiri.
B.     Kodrat Mahluk Hidup
Pemikir-pemikir abad pertengahan memastikan ciri khas dari mahluk hidup adalah:
a.       Kegiatan imanen
Kegiatan yang efeknya tetap di dalam mahluk itu. Pelakunya sekaligus adalah prinsip dan akhir, kausa dan yang memanfaatkan (beneficiary), kegiatan itu dengan sendirinya menyempurnakan si pelaku. Misal; mengerti sesuatu atau mengambil suatu keputusan.
b.      Kegiatan transitif
Kegiatan yang memproduksi suatu efek di luar dari pelakunya, misal; mengukir bongkah marmer atau melukis kain kanfas.
Karena menyempurnakan diri sendiri (autoperfektif), mahluk hidup perlu mempunyai suatu kegiatan subtansial. Apa yang memnggerakkan apa yang digerakkan, apa yang menyempurnakan apa yang disempurnakan adalah realitas yang sama. Kesatuan subtansial itu adalah kesatuan yang dinamis dan yang menstrukturkan, sumber pertama dari aktivitas-aktivitas yang beraneka ragam dan terkoordinir pada setiap mahluk hidup, energinya yang primordial.
Yang mengkoordinasikan dan menstrukturkan kesatuan subtansial dan dinamis itu;
  1. Interior
Karena ia tidak terjadi dari penggabungan materi-materi, tetapi sebaliknya karena dirinyalah mahluk hidup mengembangkan dirinya.
  1. Natural
Karena ia tidak terjadi pada tahap terakhir dalam keseluruhan aktifitas mahluk hidup, ia bukan hasil suatu penggabungan. Sebaliknya, karena ia sudah diberikan kepada mahluk hidup dan menstrukturkannya sejak yang pertama.


Akhirnya, kesatuan yang subtansial dan yang menstrukturkannya pada mahluk hidup itu, yang merupakan dinamisme yang mengakibatakan ia berbuat merealisasikan idenya, adalah sesuatu yang menyangkut subjektivitas, sesuatu kodrat yang menyangkut semacam “aku”. Dengan demikian bahwa dalam mahluk hidup ada dua unsur yang esensial, yaitu;
  • badan, keseluruhan yang berorgan dan tersusun.
  • jiwa, kesatuan subtansial.
C.    Jiwa Mahluk Hidup
Menurut pemikir-pemikir Yunani pertengahan, jiwa adalah keseimbangan harmonis dari organisme itu keseluruhan kegiatan sinergis yang hanya mampu dilakukan oleh mahluk hidup saja.
Menurut Plato, jiwa merupakan subtansi yang eksistensinya mendahului badan, lalu tertutup oleh badan. Jiwa adalah suatu yang ada sedangkan badan adalah suatu ada yang lain (dualitas).
Menurut Aristoteles, bahwa setiap mahluk hidup adalah sesuatu yang satu, yang merupakan satu subtansi saja (monis).
Menurut St. Thomas Aquinas, jiwa adalah subtansi spiritual yang dapat bereksistensi tanpa ikatan material karena sudah lengkap, atau iwa adalah prinsip konstitutif yang bersifat metafisik, tetapi yang berhubungan esensial dengan badan.

D.    Realitas Jiwa
Badan hidup tidak bisa bersifat objektif semata-mata, tidak bisa diredusikan pada apa yang diobservasikan. Ia harus bersifat subjektif, mempunyai semacam interioritas dan semacam subjektivitas.
Meskipun jiwa tidak bisa dilihat secara kasat mata atau diverifikasikan dengan panca indera. Jiwa bersolider secara esensial dengan badan, dan dengannya merupakan subtansi yang sama. Maka metempsikose (reinkarnasi perpindahan jiwa) adalah mustahil bahkan absurd. Setiap jiwa hanya seimbang dengan satu badan saja.

E.     Karakter Spesifik Badan Manusia
Badan itu tidak berada diluar intimitas kita dan tidak sama secara total dengan keakuan kita yang paling dalam, bahwa ia tidak merupakan suatu objek saja maupun suatu subjektivitas semata-mata. Badan didefinisikan sekaligus melalui hubungan eratnya dengan dunia dan partisipasinya dengan jiwa atau keakuan. Seperti semua badan juga yang tidak berjiwa, badan manusia menempati sebuah tempat didunia, mempunyai bentu material tertentu, dapat diukur dan dihitung, dan terikat pada perubahan dan waktu. Ciri khas badan manusia ialah; posisi tegak, yang karenanya manusia dapat melihat benda-benda dari atas, dan sekaligus menunjukkan serta memudahkan peningkatan aktivitas roh.
Manusia terutama mempunyai system saraf dan sebuah otak yang jauh lebih kompleks daripada yang terdapat pada binatang, yang memungkinkannya mengetahuai dan menentukan jumlah korelasi yang tak tebatas. Sistem-sistem yang menyusun badan manusia saling berhubungan erat dan mempengaruhi satu sama lain. Sistem-sistem itu berasal dari kesatuan subtansial yang sama dan menjamin pemeliharaan subjek yang sama.
F.     Kesimpulan: Mahluk Hidup Mengatasi Batas-Batas “Kebertubuhannya”

Mahluk yang bertubuh, sejauh ia dipandang dari pihak itu, di karakterisasikan melalui dispersi, kepasifan, keterbatasan.

  1. Dispersi
Mahluk hidup selalu berusaha untuk mempertahankan kesatuannya. Kesatuan itu yang karenanya mahluk hidup dibedakan dari semua yang lain menyebabkan ia menjadi suatu individu. Kesatuan itu begitu erat sehingga tidak mungkin memisahkan sebagian anggota atau organ dari suatu mahluk hidup tanpa melukai bahkan membunuhnya, sedangkan subtansi organik bisa dibagi tanpa merubah kodratnya. 
 
  1. Kepasifan
Mahluk hidup tidak puas dengan hanya bereksistensi dalam inersi (kelembaman) saja. Atau dengan dipindahkan atau diubah saja. Dalam aktivitasnya, ia berinisiatif.

  1. Keterbatasan
mahluk hidup telah merealisasikan kemajuan yang penting sekali, jikalau disbanding dengan ketidaksempurnaan dan keterbatasan benda-benda material saja. Manusia tidak pernah benar-benar mencapai keadaan yang dicita-citakannya. Dimana-mana, hidup tampak seperti suatu tanjakan yang turun, suatu evolusi yang berhenti atau menyimpang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar