KEHIDUPAN
A.
Kegiatan-kegiatan
sebagai Ciri Khas Mahluk Hidup
Sebagai
ciri khas mahluk hidup adalah asimilasi. Mahluk hidup berkembang dan
mengembangkan diri dengan mengubah apa yang dimakan dan dicerna menjadi
subtansinya sendiri. Sedangkan mesin bukan suatu “ada” yang berkembang dari
dalam, tetapi sesuatu yang melengkapi dirinya dari luar bukan keseluruhan
natural, melainkan suatu keseluruhan artifisial. Selain membentuk dan
mengembangkan dirinya, juga dapat memperbaiki dan memulihkan luka-lukanya dan
mengerjakan itu dari subtansinya sendiri, dari apa yang dibuat oleh
organismenya sendiri.
Mahluk
hidup dapat mereproduksikan dan melipat gandakan dirinya sendiri. Mesin juga
dapat menyusun mesin-mesin lain, tetapi mereka tidak membuat dari subtansinya
sendiri dan tidak membuat yang benar-benar berotonomi.
Mahluk
hidup juga dapat bereaksi atas pengaruh-pengaruh yang diterimanya, dan atas
keadaan-keadaan yang mengkondisikan eksistensinya. Mesin bereaksi atas dasar
mekanisme, otomatisasi, dengan tidak dasar, dan tujuannya secara mutlak dari
luar dirinya, atau dengan kata lain bertujuan atas kemauan yang menciptakannya
yaitu manusia. Hanya manusialah sesungguhnya yang mampu menentukan sendiri
tujuan-tujuannya. Mesin mungkin lebih unggul dalam pekerjaannya itu karen mesin
telah dirancang seperti sedemikian itu. Akan tetapi, kegiatan lain yang hanya
dapat dilakukan oleh mahluk hidup, ialah: asimilasi, penyembuahan diri,
reproduksi diri, adaptasi dan readaptasi terus-menerus, dan menjadi tujuan bagi
dirinya sendiri. Akhirnya, dalam hal manusia, menentukan sendiri cita-cita dan
tujuannya sendiri.
B.
Kodrat
Mahluk Hidup
Pemikir-pemikir
abad pertengahan memastikan ciri khas dari mahluk hidup adalah:
a. Kegiatan
imanen
Kegiatan
yang efeknya tetap di dalam mahluk itu. Pelakunya sekaligus adalah prinsip dan
akhir, kausa dan yang memanfaatkan (beneficiary), kegiatan itu dengan
sendirinya menyempurnakan si pelaku. Misal; mengerti sesuatu atau mengambil
suatu keputusan.
b. Kegiatan
transitif
Kegiatan
yang memproduksi suatu efek di luar dari pelakunya, misal; mengukir bongkah
marmer atau melukis kain kanfas.
Karena
menyempurnakan diri sendiri (autoperfektif), mahluk hidup perlu mempunyai suatu
kegiatan subtansial. Apa yang memnggerakkan apa yang digerakkan, apa yang
menyempurnakan apa yang disempurnakan adalah realitas yang sama. Kesatuan
subtansial itu adalah kesatuan yang dinamis dan yang menstrukturkan, sumber
pertama dari aktivitas-aktivitas yang beraneka ragam dan terkoordinir pada
setiap mahluk hidup, energinya yang primordial.
Yang
mengkoordinasikan dan menstrukturkan kesatuan subtansial dan dinamis itu;
- Interior
Karena
ia tidak terjadi dari penggabungan materi-materi, tetapi sebaliknya karena
dirinyalah mahluk hidup mengembangkan dirinya.
- Natural
Karena
ia tidak terjadi pada tahap terakhir dalam keseluruhan aktifitas mahluk hidup,
ia bukan hasil suatu penggabungan. Sebaliknya, karena ia sudah diberikan kepada
mahluk hidup dan menstrukturkannya sejak yang pertama.
Akhirnya,
kesatuan yang subtansial dan yang menstrukturkannya pada mahluk hidup itu, yang
merupakan dinamisme yang mengakibatakan ia berbuat merealisasikan idenya,
adalah sesuatu yang menyangkut subjektivitas, sesuatu kodrat yang menyangkut
semacam “aku”. Dengan demikian bahwa dalam mahluk hidup ada dua unsur yang
esensial, yaitu;
- badan, keseluruhan yang berorgan dan tersusun.
- jiwa, kesatuan subtansial.
C.
Jiwa
Mahluk Hidup
Menurut
pemikir-pemikir Yunani pertengahan, jiwa adalah keseimbangan harmonis dari
organisme itu keseluruhan kegiatan sinergis yang hanya mampu dilakukan oleh
mahluk hidup saja.
Menurut
Plato, jiwa merupakan subtansi yang eksistensinya mendahului badan, lalu
tertutup oleh badan. Jiwa adalah suatu yang ada sedangkan badan adalah suatu
ada yang lain (dualitas).
Menurut
Aristoteles, bahwa setiap mahluk hidup adalah sesuatu yang satu, yang merupakan
satu subtansi saja (monis).
Menurut
St. Thomas Aquinas, jiwa adalah subtansi spiritual yang dapat bereksistensi
tanpa ikatan material karena sudah lengkap, atau iwa adalah prinsip konstitutif
yang bersifat metafisik, tetapi yang berhubungan esensial dengan badan.
D.
Realitas
Jiwa
Badan
hidup tidak bisa bersifat objektif semata-mata, tidak bisa diredusikan pada apa
yang diobservasikan. Ia harus bersifat subjektif, mempunyai semacam
interioritas dan semacam subjektivitas.
Meskipun
jiwa tidak bisa dilihat secara kasat mata atau diverifikasikan dengan panca
indera. Jiwa bersolider secara esensial dengan badan, dan dengannya merupakan
subtansi yang sama. Maka metempsikose (reinkarnasi perpindahan jiwa) adalah
mustahil bahkan absurd. Setiap jiwa hanya seimbang dengan satu badan saja.
E.
Karakter
Spesifik Badan Manusia
Badan
itu tidak berada diluar intimitas kita dan tidak sama secara total dengan
keakuan kita yang paling dalam, bahwa ia tidak merupakan suatu objek saja
maupun suatu subjektivitas semata-mata. Badan didefinisikan sekaligus melalui
hubungan eratnya dengan dunia dan partisipasinya dengan jiwa atau keakuan.
Seperti semua badan juga yang tidak berjiwa, badan manusia menempati sebuah
tempat didunia, mempunyai bentu material tertentu, dapat diukur dan dihitung,
dan terikat pada perubahan dan waktu. Ciri khas badan manusia ialah; posisi
tegak, yang karenanya manusia dapat melihat benda-benda dari atas, dan sekaligus
menunjukkan serta memudahkan peningkatan aktivitas roh.
Manusia
terutama mempunyai system saraf dan sebuah otak yang jauh lebih kompleks
daripada yang terdapat pada binatang, yang memungkinkannya mengetahuai dan
menentukan jumlah korelasi yang tak tebatas. Sistem-sistem yang menyusun badan
manusia saling berhubungan erat dan mempengaruhi satu sama lain. Sistem-sistem
itu berasal dari kesatuan subtansial yang sama dan menjamin pemeliharaan subjek
yang sama.
F.
Kesimpulan:
Mahluk Hidup Mengatasi Batas-Batas “Kebertubuhannya”
Mahluk
yang bertubuh, sejauh ia dipandang dari pihak itu, di karakterisasikan melalui
dispersi, kepasifan, keterbatasan.
- Dispersi
Mahluk
hidup selalu berusaha untuk mempertahankan kesatuannya. Kesatuan itu yang
karenanya mahluk hidup dibedakan dari semua yang lain menyebabkan ia menjadi
suatu individu. Kesatuan itu begitu erat sehingga tidak mungkin memisahkan
sebagian anggota atau organ dari suatu mahluk hidup tanpa melukai bahkan
membunuhnya, sedangkan subtansi organik bisa dibagi tanpa merubah kodratnya.
- Kepasifan
Mahluk
hidup tidak puas dengan hanya bereksistensi dalam inersi (kelembaman) saja.
Atau dengan dipindahkan atau diubah saja. Dalam aktivitasnya, ia berinisiatif.
- Keterbatasan
mahluk
hidup telah merealisasikan kemajuan yang penting sekali, jikalau disbanding
dengan ketidaksempurnaan dan keterbatasan benda-benda material saja. Manusia
tidak pernah benar-benar mencapai keadaan yang dicita-citakannya. Dimana-mana,
hidup tampak seperti suatu tanjakan yang turun, suatu evolusi yang berhenti
atau menyimpang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar