MAKALAH
MENANGANI ORANG LANJUT USIA
Mata Kuliah : Psikologi Klinis
Dosen Pengampu : Fajar
Kawuryan S.Psi, M.Si
Disusun Oleh:
Nama :
Ahmad Muharror
NIM :
2008 – 60 – 005
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
MURIA KUDUS
2011
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada
Tuhan YME, karena atas rahmat dan hidayahnya terselesaikanlah makalah” MENANGANI ORANG LANJUT USIA” ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Psikologi Klinis.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ayah dan Ibu
yang telah mendukung biaya dan perhatiannya kepada saya. Khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Psikologi Klinis yang telah memberi arahan, bimbingan,
penjelasan dan dukungan yang sangat berguna bagi penulis dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari penyusunan makalah ini jauh dari sempurna,
oleh karena hal tersebut penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan mendapatkan nilai yang
positif dari dosen pengampu.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul……………………………………………………………………………..i
Kata
Pengantar…………………………………………………………………………….ii
Daftar
isi…………………………………………………………………………………..iii
BAB
I: PENDAHULUAN
A. Masyarakat
Dan Penuaan………………………………………………………1
BAB
II: PEMBAHASAN
A.
Profisensi Di Bidang Geropsikologi.……………………………………..…….3
B.
Psikopatologi Pada Lansia……………………………………………………...4
C.
Masalah-masalah lain yang Dapat Menjadi Fokus Penanganan……………….6
D.
Intervensi psikologis……………………………………………………………8
E.
Psikoterapi Untuk Lansia……………………………………………………….9
BAB
III: KESIMPULAN
A.
Rangkuman…………………………………………………………………….11
DAFTAR
PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Masyarakat Dan Penuaan
Dengan
semakin besar proporsi populasi orang-orang lanjut usia (lansia) beserta
heterogenitas, pengalaman hidup yang kompleks, dan perubahan demografis dalam
populasi, penting bagi professional kesehatan mental untuk bersiap-siap
mengakses dan menagngani klien-klien lansia. Terlepas dari kecenderungan untuk
memandang lansia sebagai populasi yang homogen dilihat dari nilai-nilai, motif,
status social psikologis serta perilakunya, penelitian menunjukkan bahwa lansia
adalah populasi yang sangat beragam dan heterogen (Jackson, Chatter, dan
Taylor, 1993; Williams, Lavizzo-Mourey, dan Warren, 1994). Mereka memiliki
karakteristik-karakteristik yang sama dan yang berbeda dengan kelompok-kelompok
usia lainnya.
Dalam
mengonseptualisasikan penuaan, pembedaan yang berfaedah adalah dengan
membedakan antara the young-old dan the oldest-old (Berger dan Thompson, 1998).
Istilah oldest-old mengacu pada orang-orang yang berumur 85 tahun keatas.
Tetapi, sebagian peneliti khawatir apabila pembedaan itu dapat menjadikan
pensetereotipan terhadap kelompok the oldest-old (Binstock, 1992). Ini poin
yang penting karena umur kronologis bukan satu-satunya faktor yang menentukan
bagaimana orang menyesuaikan diri terhadap penuaannya. Keadaan pikiran,
kebiasaan terkait kesehatan, dan pandangan social dan psikologis secara umum
tentang hidup juga menentukan penyesuaian terhadap penuaan. Di Amerika jumlah
penduduk berusia 65 tahun atau lebih deperkirakan akan meningkat dari 35 juta
pada tahun 2000 menjadi 78 juta pada tahun 2050, peningkatan jumlah tertinggi dibandingkah
kelompok usia lain. Di seluruh dunia jumlah individu berusia di atas 65 tahun mencapai
750 juta pada tahun 2050.
Menurut
Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa
dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain,
periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa
kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa
ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah
kelompok orang yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.
Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks
eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan
untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti. Ada juga lanjut usia yang
memandang usia tua dengan sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan yang
pasif dan pemberontakan , penolakan, dan keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci
dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian semakin cepat proses kemerosotan
jasmani dan mental mereka sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profisensi Di Bidang
Geropsikologi
Tren dalam penggunaan pelayanan psikologis
oleh lansia telah mengalami perubahan. Kohort-kohort (sejumlah orang yang lahir
pada tahun lebih kurang sama) suksesif memiliki tingkat pendidikan dan sikap
penerimaan yang lebih tinggi terhadap psikologi. Rokke dan Scorgin (1995),
misalnya menunjukkan bahwa lansia menganggap terapi kognitif lebih kredibel dan
akseptabel dari pada terapi obat untuk depresi. Pendapat ini berlawanan dengan
pemikiran yang sering dilontarkan bahwa lansia lebih menyukai terapi obat dan merasa terstigmatisasi bila diberi rekomendasi
psikoterapi. Jadi, psikolog dapat bertindak lebih aktif dalam menjangkau lansia
untuk diberi pelayanan dan dapat berharap bahwa lansia itu akan menyambutnya
dengan baik.
Untuk
menjawab isu-isu tanggung jawab dan kompetensi dalam memberikan perhatian pada
psikologi dan penuaan. American Psychological Association telah mengembangkan
berbagai pedoman terkait dengan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk
menjadi profesien dibidang geropsikologi (APA Interdivisional Task Force,
1999). 13 bidang yang disebutkan meliputi:
- Penelitian dan teori tentang penuaan
- Psikologi kognitif dan perubahan
- Aspek-aspek sosial psikologis penuaan
- Aspek-aspek biologis penuaan
- Psikopatologi dan penuaan
- Masalah-masalah kehidupan sehari-hari
- Faktor-faktor sosiokultural dan social-ekonomi
- Isu-isu khusus dalam asesmen lansia
- Penanganan lansia
- Pencegahan dan pelayanan intervensi krisis pada lansia
- Konsultasi
- Interface dengan disiplin-disiplin lain
- Isu-isu etik khusus dalam menyediakan pelayanan kepada lansia
B. Psikopatologi Pada Lansia
Angka
psikopatologi dalam populasi lansia yang hidup di masyarakat maupun diberbagai
institusi kira-kira 22% (Gatz dan Smyer, 1992).
- Depresi
Diagnosis
Major Despressive Disorder (gangguan depresi berat) dalam DSM-IV mensyaratkan
keberadaan suasana perasaan berupa depresi atau kehilangan minat pada berbagai kegiatan, letih, kehilangan
nafsu makan, gangguan tidur, dan perasaan tidak berharga. Dysthimia, sebuah
gangguan suasana perasaan yang sering muncul sebelum episode-episode depresif
berat, mensyaratkan lebih sedikit gejala tetapi durasi “feeling blue” yang
lebih panjang (American Psychiatric Association, 1994).
Depresi
tidak hanya menyerang lansia yang memiliki riwayat masalah emosional saja,
tetapi hampir semua lansia bisa terkena depresi. Hal ini karena depresi bisa
dipicu oleh trauma, penyakit, kesepian, sakit kronis, keuangan, kematian orang
terdekat, kehilangan pekerjaan, atau perubahan dalam kehidupan.
- Kecemasan
Informasi
yang ada tentang gangguan kecemasan pada lansia sangat terbatas, meskipun
gangguan ini lebih banyak terjadi dalam populasi ini dibanding depresi (Beck
dan Stenley, 1997). Kriteria diagnosis untuk gangguan kecemasan yang menjadi
focus perhatian pada lansia didefinisikan sebagai berikut (American Psychiatric
Association, 1994):
- Gangguan panik dideskripsikan sebagai episode-episode aprehensi intens, palpitasi, nyeri dada, dan napas pendek yang mendadak, yang berulang kali muncul.
- Fobia ditandai oleh ketakutan dan penghindaran yang melampaui besarnya bahaya riilnya.
- Generalized Anxiety Disorde (GAD) (gangguan kecemasan menyeluruh) menyangkut kecemasan dan kekhawatiran yang persisten dan tak terkontrol.
- Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) (Gangguan Stes Paska-Trauma) mengacu pada pengalaman emosional yang dirasakan kembali seperti saat mengalami kejadian traumatis intens, yang disertai dengan penghindaran rangsangan fisiologis dari hal-hal yang berhubungan dengan trauma itu.
Angka
preferensi gangguan kecemasan dikalangan lansia adalah 5,5% (Regier, dkk.,
1988).
- Demensia
Dimensia
ditandai oleh kehilangan fungsi sedemikian rupa sehingga menghendaya performa
dalam kegiatan sehari-hari. Kriteria diagnostik mensyaratkan bahwa orang itu
memiliki ingatan yang terhendaya (paling tidak dua deviasi standar dibawah
rata-rata untuk umur dan pendidikan tertentu dari berbagai tes) dan penurunan,
paling tidak, pada satu ranah fungsi kognitif lain yang mempengaruhi fungsi
sehari-hari (American Psychiatric Association, 1994).
Pada
umur 65 tahun, hanya 1% diantara populasi yang akan mengalami demensia; pada
umur 85 tahun, 30% - 35% akan mengalami demensia; dan 50% lansia yang berumur
90 tahun keatas akan menerima diagnosis demensia.
Ada
beberapa indikasi demensia atau cognitive slippage (kecenderungan berbagai
pikiran untuk saling mengikuti dengan cara-cara yang tidak logis atau tidak
dapat diprediksi) pada lansia, yaitu:
- Kesulitan dalam mempelajari dan mengingat informasi baru.
- Problem salving dirumah dan ditempat kerja yang terhendaya.
- Bermasalah dalam menangani tugas-tugas yang kompleks.
- Berbagai masalah yang mengikuti rentetan pikiran yang kompleks.
- Mengalami kesulitan pada tugas-tugas yang sebelumnya dapat dilakukan dengan mudah (misalnya menulis cek).
- Mengalami kesulitan untuk pergi keberbagai tempat dilingkungan yang sangat dikenalnya.
- Mengalami masalah dalam menemukan kata-kata.
- Perubahan perilaku (apati, disengagement, kepasifan, iritabilitas, kecurangan yang meningkat).
C. Masalah-masalah lain yang Dapat
Menjadi Fokus Penanganan
- Kesehatan
Satu
hal yang perlu dicatat adalah lansia memiliki lebih banyak masalah kesehatan,
dan status psikologisnya terkait erat dengan status fisik dan fungsionalnya
(Zeiss, dkk., 1996). Masalah-masalah kesehatan sering menjadi bagian penting
dari dari terapi lansia. Banyak lansia yang memiliki masalah-maslah kesehatan
kronis. Psikolog menerapkan beberapa strategi yang membantu mengelola rasa
sakit, termasuk teknik-teknik relaksasi dan biofeedback (ini akan didiskusikan
lagi dibab berikutnya). Kepatuhan terhadap aturan minum obat dan adaptasi
terhadap perubahan hidup juga merupakan topik yang sering muncul dalam terapi
lansia.
- Penganiayaan Lansia
Elder
abuse (penganiayaan lansia) di Amerika pada tahun 1970-an ada penekanan pada
usaha menetapkan istilah penganiayaan, cara melapor, dan strategi penanganan
yang tepat untuk itu. Lima macam penganiayaan yang sering teridentifikasi
adalah:
- Penganiayaan dan penelantaran secara fisik.
- Penganiayaan finansial.
- Pelanggaran hak asai.
- Pelanggaran process rights (oleh orang lain dengan menggunakan guardianships atau conserfatorships).
- Penganiayaan psikologis.
- Insomnia
Insomnia/sulit
tidur adalah masalah yang lazim dialami lansia; sleep-maintenance insomnia
adalah kondisi terkait umur dan membuat penderitanya lemah (Bootzin,
Engle-Friedman, dan Hazelwood). Dalam sleep education, terapis mengajari klien
tentang perubahan-perubahan tidur terkait umur; efek kafein, nikotin, alkohol,
bantuan tidur olah raga, dan nutrisi; dan efek minimal dari
deprivasi/kekurangan tidur bagi kebanyakan orang. Kebanyakan orang bisa
kehilangan waktu tidur tanpa mengakibatkan masalah kesehatan.
Bagi
sebagian klien, komponen terapi kognitif yang diadaptasi untuk imsomnia juga
dapat ditambahkan. Ini membantu klien dalam;
- Mengidentifikasi pikiran-pikiran atau kekhawatiran-kekhawatiran disfungsionalnya.
- Menantang keyakinan dan sikap maladaptifnya tentang tidur dan dampak kehilangan jam tidur pada fungsinya disiang hari.
- Mengganti pikiran-pikiran itu dengan alternative-alternatif yang lebih realistis.
- Masalah-masalah Seksual
Hasrat
dan perilaku seksual pada lansia sering diasumsikan jarang terjadi, ternyata
tidak sepenuhnya benar (Pedersen, 1998). Terlepas dari berbagai perubahan
fisiologis pada perempuan dan laki-laki, seperti menopause pada perempuan dan
laki-laki, minat seksual pada lansia sampai umur 80 tahunan ternyata masih
cukup tinggi.
Ada
pendapat (misalnya, Zeiss dan Zeiss, 1990; Zeiss, Zeiss, dan Davies, 2000)
bahwa klinisi seharusnya menggunakan intervensi-intervensi yang dirancang
secara individual, yang difokuskan pada kombinasi elemen-elemen berikut: meningkatkan
pengetahuan seksual, mengurangi kecemasan seksual, dan memperbaiki etni-etnik
seksual. Ini termasuk membantu pasangan untuk memperbanyak ragam aktifitas
seksual yang mereka anggap akseptabel dan menyenangkan. Adaptasi yang dilakukan
agar sesuai dengan berbagai keterbatasan yang dialami oleh salah satu pasangan juga
dibutuhkan. Bahkan dalam kasus-kasus tatkala hubungan seksual tak dapat
dilakukan, kebanyakan pasangan menganggap cuddling (kelon), saling memijati,
dan saling menyentuh sebagai tindakan yang sangat rewarding.
- Isu- isu yang Terkait dengan Kematian dan Menjelang Ajal
Saat
ini ada dua tren yang mengharuskan perlunya fokus pada isu-isu kematian dan
menjelang ajal pada lansia.
- Orang yang hidup lebih lama, dan semakin panjangnya umur manusia berimplikasi bahwa kebanyakan kematian akan terjadi pada usia yang sangat lanjut.
- Penggunaan berkelanjutan dari teknik-teknik memperpanjang umur membuat proses menjelang ajal semakin dapat dikontrol dan semakin dapat dinegosiasikan (Riley, 1992).
Elizabeth
Kubler-Ross (1969), mendiskusikan tentang 5 tahap menjelang ajal yang dialami
orang setelah tahuu bahwa sakitnya akan membawa kematian. Tahap-tahap kesedihan
yang diikhtisarkan oleh Kubler-Ross, sebagai berikut;
- Pengingkaran: pasien tidak mau percaya bahwa dirinya akan meninggal.
- Marah: pasien marah kepada Tuhan atau sang nasib.
- Tawar-menawar: pasien mencoba menawarkan sebuah alternatif dengan Tuhan atau sang nasib.
- Menerima: pasien menerima kematiaannya.
D. Intervensi psikologis
- Asesmen: Bersikap Sensitif terhadap Isu-isu Penuaan
Seperti
halnya orang-orang dewasa yang lebih muda teknik-teknik yang digunakan dalam
asesmen psikologisnya termasuk wawancara klinis, reviu data dan catatan riwayat
hidup, evaluasi kognitif dan neuropsikologis, asasmen perilaku, dan observasi
situasional (Kaszniak, 1996). Tetapi, untuk lansia, psikolog perlu untuk
berbagai tes dan lebih sering memasukkan tes kognitif dalam asesmen. American
Psychiatric Association (1994) menyediakan pedoman untuk evaluasi demensia dan
kemunduran kognitif terkait umur.
Untuk
pasien-pasien yang memperlihatkan perilaku yang bersifat merugikan (misalnya;
berkeliaran, berteriak-teriak, menyerang) asesmen perilaku dapat berguna dalam
menetapkan tipe teknik yang berguna bagi pasien dan/atau staf yang menangani pasien
(misalnya dipanti jompo) (Burgio, Flynn, dan Martin, 1987; Rader, 1994).
- Psikoterapi: Observasi Umum tentang Adaptasi dan Efektifitas
Kebanyakan
penelitian tentang psikoterapi untuk lansia menggunakan pendekatan-pendekatan
kognitif-behavioral, dan ini telah terbukti efektif untuk berbagai macam
masalah (Scorgin dan Mc Elreath, 1994; Zarith dan Knight, 1996).
Cognitive
and Behavioral Therapies (CBT)/Terapi kognitif dan behavioral, didasarkan pada
pendekatan-pendekatan teoritis yang menekankan pada belajar seumur hidup dan
keyakinan yang optimistic bahwa orang mampu menciptakan perubahan penting dalam
pikiran, perasaan, dan tindakannya (misalnya, Goldfried dan Davison, 1994).
E. Psikoterapi Untuk Lansia
Ketika
menangani lansia, penting untuk tidak berasumsi bahwa adaptasi tertentu pada
terapi kognitif-behavioral selalu dibutuhkan. Setiap individu dalam terapi akan
berfungsi dengan cara yang unik. Asesmen terhadap masing-masing klien
seharusnya tidak hanya memasukkan informasi tentang presenting complaint,
tetapi juga berbagai kekuatan dan deficit, guna menetapkan adaptasi mana yang
lebih tepat.
- Adaptasi-adaptasi yang Lazim
Disisi
positif beberapa perubahan dalam terpai sering kali dibutuhkan untuk merespon
kekuatan-kekuatan ini dapat dianggap sebagai wisdom (kearifan) (Baltes dan
Staudinger, 1993). Bahkan klien-klien yang tidak memenuhi kriteria mungkin
pernah mengalami pengalaman hidup yang sulit. Kebanyakan lansia dapat
mengabstraksikan informasi yang sangat membantu dari pengalaman-pengalaman itu
dan mendiskripsikan ketrampilan-ketrampilan pribadi yang pernah membantu mereka
dalam mengatasi kesulitan. Menunjukkan respek dan minat yang tulus terhadap akumulasi
pengalaman klien dapat mendukung terapi.
Adaptasi-adaptasi
kunci terhadap terapi yang perlu dipertimbangkan untuk masing-masing klien
lansia, yakni:
- Menggunakan pembelajaran multimodel (dengan banyak cara).
- Menanamkan kesadaran interdisipliner.
- Menyajikan informasi yang lebih jelas (more clearly).
- Mengembangkan pengetahuan (knowledge) tentang berbagai tantangan dan kekauatan terkait-penuaan.
- Menyuguhkan materi terapi dengan lebih lambat (more slowly).
- Intervensi-intervensi Psikologi dalam Konteks Tim Interdisipliner
Keluarga
kadang-kadang merupakan kekuatan primer dibelakang lansia yang mencari
perawatan kesehatan mental (Zeiss dan Steffen, 1996). Keterampilan-keterampilan
yang dibutuhkan oleh semua anggota tim meliputi:
- Pengetahuan dan respek terhadap kemampuan anggota tim lainnya.
- Kemampuan untuk berbagi informasi secara jelas dengan professional-profesional yang memiliki latar belakang pendidikan dan latihan serta jargon yang berbeda.
- Kapasitas untuk mengonseptualisasikan kasus secara holistic, termasuk kecakapan dalam mengembangkan rencana penanganan tim secara tertulis.
- Ketrampilan kepemimpinan.
- Ketrampilan mengatasi konflik.
BAB III
KESIMPULAN
A. Rangkuman
Lansia
adalah populasi yang heterogen. Orang-orang yang tertarik pada kesehatan mental
dan lansia harus memiliki pengetahuan yang luas tentang aspek-aspek psikologis,
biologis, dan social dari penuaan. Psikopatologi pada lansia berupa disfungsi
emosional dan hendaya kognitif. Angka psikopatologi dalam populasi lansia yang
hidup di masyarakat maupun diberbagai institusi kira-kira 22%. Selain kesehatan
mental, bidang-bidang lain yang dapat menjadi fokus penanganan lansia termasuk
kesehatan fisik, penganiayaan lansia, insomnia, masalah-masalah seksual, dan
isu-isu yang terkait dengan kematian dan menjelang ajal.
Penuaan
populasi memunculkan berbagai tantangan dan peluang baru bagi para pekerja
kesehatan mental yang berminat. Kami harap ikhtisar ini dapat menstimulasi
minat terhadap isu-isu yang mempengaruhi lansia, keluarga, dan professional
kesehatan yang berinteraksi dengan mereka.
pembahasannya lengkap... refrensi dari buku apa ka ?
BalasHapuspembahasannya lengkap... refrensi dari buku apa ka ?
BalasHapusThe King Casino Online ᐈ Get 50% up to €/$100 + 50 Free Spins
BalasHapusGet febcasino 50% deccasino up to €/$100 + 50 바카라사이트 Free Spins · Visit the official site https://jancasino.com/review/merit-casino/ · Log in to your Casino Account · If you septcasino.com do not agree to the terms of the terms of the agreement,