TEORI BEHAVIOR ALFRED ADLER
A . Biografi Alfred Adler
Alfred
Adler lahir di Wina pada tahun 1870 dari keluarga kelas menengah, dan meninggal
di Aberdeen, Skotlandia pada tahun 1937 pada waktu mengadakan perjalanan
keliling untuk memberikan ceramah. Ia meraih gelar dokter pada tahun 1895 dari
Universitas Wina. Mula-mula ia mengambil spesialisasi dibidang ophthamologi,
kemudian setelah menjalani praktik dokter umum, ia menjadi seorang psikiater.
Ia menjadi ketua Masyarakat Psikoanalisis Wina.
Pada
tahun 1935 Adler menetap si Amerika Serikat, dia meneruskan prakteknya sebagai
psikiater disana dan menjadi professor dalam psikologi medis di Long Island
College of Madicine. Diantara buku dan artikelnya yang terkenal, adalah: The
Practice and Theory of Individual Psychology (1927), Psychology of 1930 (1930),
International Journal of Individual Psycholoy (1935).
Berbeda
dendan pandangan pokok Freud bahwa tingkah laku manusia didorong oleh insting-insting
sejak lahir dan dengan aksioma pokok (menekankan pada seks), Jung yang
menyatakan bahwa tingkah laku manusia dikuasai oleh arkhetipe-arkhetipe yang
dibawa sejak lahir (menekankan pola-pola pemikiran primordial), dan Adler
berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasikan oleh dorongan sosial
(menekankan minat sosial).
B. Teori Kepribadian Alfred Adler
Teori
kepribadian Adler sangat ekonomis dalam arti dasar bahwa sedikit konsep dasar
yang menopang seluruh struktur teoritisnya.
- Finalisme Fiktif
Psikologi
individual secara mutlak mempertahankan finalisme sebagai suatu yang sangat
penting untuk memahami semua gejala psikologis. Penyebab, kekuatan, insting,
impuls, dan sebagainya tidak dapat berfungsi sebagi prinsip yang dapat
memberikan penjelasan. Tujuan final sendiri dapat menjelaskan tingkah laku
manusia. Pengalaman-pengalaman, trauma-trauma, mekanisme-mekanisme perkembangan
seksual tidak dapat memberikan penjelasan, tetapi perspektif dengan mana semua
ini dilihat, cara individu melihat ini yang mengarahkan seluruh kehidupan pada
tujuan final (suatu fiksi/cita-cita yang tidak mungkin direalisasikan), 1930,
hlm. 400.
- Perjuangan ke Arah Superioritas
Adler
menegaskan bahwa superioritas bukan pengkotakan sosial, kepemimpinan, atau
kedudukan yang tinggi dalam masyarakat. Tetapi adalah suatu yang mirip dengan
konsep Jung tentang diri atau konsep aktualisasi diri dari Goldstein.
Superioritas adalah dorongan kearah kesempurnaan dan bersifat bawaan.
- Perasaan inferioritas dan Kompensasi
Bagi
Adler tujuan hidup adalah kesempurnaan bukan kenikmatan. Perasaan-perasaan
inferioritas bersumber dari rasa tidak lengkap atau tidak sempurna dalam semua
bidang kehidupan. Ketika anak mencapai taraf perkembangan ini, ia mulai merasa
inferior lagi sehingga ia berusaha untuk maju lagi. Akan tetapi dalam
keadaan-keadaan normal inferioritas atau rasa tidak lengkap ini merupakan daya
pendorong kuat bagimanusia. Dengan kata lain, manusia didorong oleh kebutuhan
untuk mengatasi inferioritasnya dan ditarik oleh hasrat untuk menjadi superior.
- Minat Kemasyarakatan
Menurut
artinya yang terdalam, minat sosial berupa individu membantu masyarakat
mencapai tujuan terciptanya masyarakat yang sempurna. Minat sosial merupakan
kompensasi sejati dan yang tak dapat dielakkan bagi semua kelemahan alamiah
manusia individual (Adler, 1929b, hlm.31). Adler yakin bahwa minat sosial
bersifat bawaan, bahwa manusia adalah mahluk sosial menurut kodratnya, dan
bukan karena kebiasaan belaka.
- Gaya Hidup
Gaya
hidup terbentuk sangat dini pada masa kanak-kanak, pada usia 4 atau 5 tahun,
dan sejak itu pengalaman-pengalaman diasimilasikan dan digunakan seturut gaya
hidup yang unik ini. Sikap, perasaan, apersepsi terbentuk dan menjadi mekanik
pada usia dini, dan sejak saat itu gaya hidup praktis tidak dapat berubah.
Orang mungkin memperoleh cara-cara baru untuk mengungkapkan gaya hidupnya yang
unik, tetapi cara-cara ini hanya merupakan contoh-contoh konkret dan khusus
dari gaya hidup dasar sama yang terbentuk pada usia awal.
Tiga
faktor yang menyebabkan anak tergelincir pada gaya hidu yang salah, yakni:
1. Anak-anak
yang memiliki inferioritas-inferioritas
2. Anak-anak
yang dimanjakan
3. Anak-anak
yang terlantar
- Diri Kreatif
Diri
kreatif adalah ragi yang mengolah fakta-fakta dunia dan mentranformasikan
fakta-fakta ini menjadi kepribadian yang bersifat subjektif, dinamik, menyatu,
personal dan unik. Diri kreati memberikan arti pada kehidupan; ia memberikan
tujuan maupun sarana untuk mencapainya. Diri kreatif adalah prinsip aktif
kehidupan manusia, dan tidak berbeda dengan konsep jiwa yang lebih kuno itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar